MENGAPA DIKLAT KALIGRAFI QURAN HARUS ADA?

Secara historis al-Quran diturunkan kepada rasul Allah agar dapat menyampaikan risalah-Nya sesuai dengan bahasa kaumnya. Hikmah diturunkannya al-Quran dengan berbahasa Arab tidak lain adalah agar manusia tidak mampu menyaingi kehebatan dan keindahan al-Quran. Hal ini telah teruji pada era kemajuan dan kehebatan sastra Arab jahiliyyah.

Lebih dari itu, Allah menurunkan al-Quran dengan berbahasa Arab agar manusia dapat memahami ajaran keilahian, dengan mengeksplorasinya dari berbagai sudut pandang kajian. Anda pasti tahu, perkembangan teknologi yang sedemikian mutakhir era ini merupakan implikasi atas kajian terhadap al-Quran yang sangat mendalam, bahkan memasuki segmen seni dan sastra. Allah telah memberikan sinyalemen tersebut melalui firman-Nya dalam QS: Yusuf ayat 2 yang artinya:

Sesungguhnya Kami menurunkan wahyu itu berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”

Selain tata bahasa, keunggulan al-Quran terletak pada keindahan aksara-aksara kalimatnya yang berbahasa Arab. Coba perhatikan pada beberapa naskah syair Arab yang ditulis dengan aksara Arab, anda menemukan kedangkalan ruh keindahan didalamnya. Baik substansi maupun tata huruf dan susunannya tidak seindah bahasa al-Quran.

Karya Sharia Event Al-Quran, baik dari segi potongan huruf-perhuruf, sambungan antar huruf, kalimat, antar kalimat sehingga menjadi satu ayat yang utuh, dan substansi atau kandungan ajarannya sangat mengesankan. Satu huruf saja dari sekian banyak ayat al-Quran memiliki makna yang sangat luas, dan tidak terdefinisi secara pasti. Keunggulan seperti ini telah dibuktikan dalam banyak kajian keislaman.

Guru besar tafsir Al-Quran Indonesia M. Qurais Syihab dalam bukunya “Sejarah dan Ulumul Quran” menyatakan bahwa al-Quran ditulis dengan tulisan yang bagus dan indah, dicetak dan disebarkan ke seluruh dunia. Kaum muslimin yang membacanya dinilai suatu ibadah, begitu juga menulisnya. Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Guru Besar Kaligrafi Indonesia D.Sirojuddin AR dalam “Seni Kaligrafi Islam”, karena seluruh umat membacanya, maka al-Quran harus ditulis dengan tulisan yang baik dan indah sehingga mampu memberikan kesan estetis dan menarik secara visual. Agar tidak terjadi kesalahan (khata’ jaly dan khafy), maka umat muslim melakukan usaha-usaha preservatif dan preventif dengan mengembangkan tradisi menghafal dan menulis.

Usaha-usaha tersebut telah dibudayakan di Indonesia. Selain maraknya pesantren-pesantren tahfidz al-Quran, maka usaha pengembangan tulisan al-Quran dibudayakan lewat beberapa lembaga pendidikan di sekolah dan madrasah. Namun, penulis berasumsi bahwa pengembangan tradisi “tulis-menulis indah al-Quran” masih terbilang pasif, tidak semarak pesantren tahfidz al-Quran. Sebab menghafal dan membaca melibatkan aspek kognitif. Sementara menulis lebih dari itu.

Selain melibatkan aspek kognitif, menulis kaligrafi melibatkan aspek psikomotorik juga. Lebih dari itu, menulis kaligrafi membutuhkan adanya minat yang besar dan bakat yang perlu dikembangkan. Tidak semua orang yang bisa melakukannya. Anda pasti setuju dengan pernyataan ini. Oleh karena itu, pengembangan kaligrafi masih membutuhkan penanganan yang cukup serius dan profesional.

Salah satu lembaga pendidikan yang berkecimpung dalam mengembangkan tradisi tulis-menulis kaligrafi al-Quran adalah Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi. Program utama pesantren ini disebut Pendidikan dan Latihan (diklat) Kemahiran Menulis Kaligrafi Al-Quran, atau disingkat dengan PLKKA. Pesantren ini diwujudkan dan diasuh oleh Bapak Drs. Didin Sirojuddin AR M.Ag.

Dalam literatur pendidikan, pelatihan juga disebut pendidikan, hanya saja lebih mengarahkan bagaimana seorang anak didik memperoleh kecakapan motorik atau kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan (acquiring skill). Perbedaan ini sungguh sangat prinsipil sekali dari pendidikan yang diselenggarakan pada umumnya di beberapa lembaga pendidikan.

James E. Manzur dalam ensiklopedi dunia “Windows Encharta” mengatakan, pelatihan disebut dengan “learning motor skills”, begitu juga dengan kaligrafi. “Learning motor skills” adalah usaha belajar atau melatih kemampuan atau kecakapan untuk melakukan berbagai tindakan gerak fisik.

Pada umumnya kegiatan motorik atau pelatihan ini membutuhkan proses yang bertahap, tetapi dalam waktu yang singkat dan terprogram. Oleh karena itu, untuk memantapkan skill yang akan dicapai, “learner” atau peserta diklat kaligrafi hendaklah senantiasa latihan sampai mampu memiliki kompetensi yang hendak dicapai.

Disamping itu, santri diklat ini membutuhkan umpan balik (feedback) antara dirinya dengan pembina (ustad) untuk mengidentifikasi apa saja kekurangannya, dan bagaimana cara memperbaiki kekurangannya itu. Ketika program pelatihan berlangsung, peserta diklat harus selalu memberikan perhatian ekstra, mengikuti petunjuk sang pelatih, dan berusaha sekuat tenaga untuk mengerjakan tugas-tugas latihan mandirinya. Setelah mampu menguasai skill, pekerjaan motorik tersebut dapat dilakukan dengan otomatis, lihai, atau mahir. Biasanya kecakapan skill ini dicari untuk memenuhi kebutuhannya, memikat daya tariknya, atau sesuatu yang belum dan atau jarang dimiliki oleh orang lain.

Jadi, eksistensi pesantren ini memberikan pengaruh yang intens untuk menumbuhkembangkan minat generasi muda muslim Indonesia dalam memperhatikan agamanya, termasuk mempertahankan agama dan melestarikan budaya tulis-menulis al-Quran. Satu hal yang meti kita sadari, untuk mewujudkan idealisme diatas tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kesadaran pemerintah khususnya pemerintah daerah untuk menyelenggarakan program serupa sangat diharapkan. Jika demikian, akan bermunculan “pendekar-pendekar baru” kaligrafi yang cinta kepada al-Quran. Walau diklat ini terasa susah untuk diwujudkan, tidak ada salahnya belajar dari pengalaman Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi.

Penulis berdoa, semoga ini tidak sekedar wacana. Mudah-mudahan terwujud demi idealisme memperjuangkan agama dari tradisi perkaligrfian, dan meningkatkan minat serta mengembangkan bakat yang telah ada.

Salam corat-coret......

0 komentar:

Copyright © 2009 - GORESAN YUSUF - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template