A. Defenisi Minat
Minat menurut bahasa artinya kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan; dan suka terhadap sesuatu.[1] Dalam Ensiklopedi Umum disebutkan bahwa minat adalah kecenderungan bertingkah laku yang terarah pada objek kegiatan atau pengalaman tertentu.[2] WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan minat adalah ungkapan; kesukaan; kecenderungan hati kepada sesuatu.[3] Sedangkan dalam kamus lengkap Indonesia-Inggris, minat disebut dengan term “interest; liking; desire; attention”.
Jika seseorang berminat terhadap sesuatu, maka dikatakan “someone to be interested...; have an interested to...; have a liking ...”. Adapun subjek atau peminat disebut dengan “devoote, amateur, fan, admirer, supporter, dan interested person”. Sedangkan peminatan (dalam tingkat pendidikan tinggi) disebut dengan concentration atau majority.[4]
Minat secara istilah menurut beberapa pakar psikologi dan pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan serta keterikatan pada sesuatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh.[5]
b. Menurut Muhibbin Syah, minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi, atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.[6]
c. Crow & Crow mengatakan minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.[7]
d. Menurut Doyles Fryer minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktifitas yang menstimulir perasaan senang kepada individu.[8]
e. Sedang Witherington berpendapat bahwa minat adalah kesadaran seseorang pada sesuatu, seseorang, suatu soal atau situasi yang bersangkut paut dengan dirinya. Tanpa kesadaran seseorang pada suatu objek, maka individu tidak akan pernah mempunyai minat terhadap sesuatu.[9]
f. Herbart mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.[10]
g. Sedangkan Drever mengartikan minat (interest) ke dalam dua pengertian, baik fungsional maupun struktural. Minat dalam pengertian fungsional menunjukan suatu jenis pengalaman perasaan yang disebut kegunaan (worthwhileness) yang dihubungkan dengan perhatian pada objek atau tindakan. Sedang minat dalam pengertian struktural adalah elemen atau hal dalam sikap individu, baik bawaan ataupun karena perolehan, sehingga seseorang itu cenderung memenuhi perasaan worthwhileness dalam hubungannya dengan objek-objek atau hal-hal yang berhubungan dengan subjek khusus, atau bidang pengetahuan khusus. Apa yang disebut sebagai “doctrine of interest” dalam pendidikan harus berdasarkan pada minat anak, dan selanjutnya minat baru dikembangkan berdasarkan minat yang sudah ada tersebut.[11]
h. Dalam kamus psikologi, Chaplin menyebutkan bahwa interest atau minat dapat diartikan sebagai:
- Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek minatnya.
- Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu.
- Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku menuju satu arah tertentu.[12]
i. Dalam “Encyclopedia of Psychology”, minat adalah kecenderungan tingkah laku yang mengarah pada tujuan yang pasti, berupa aktivitas-aktivitas atau pengalaman yang menarik dari tiap individu. Apabila individu atau seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka itu berarti ia telah menetapkan tujuan sebelumnya.
Dari beberapa defenisi yang dikemukan oleh pakar diatas, tampaknya pengertian minat pada prinsipnya sama, hanya sedikit terdapat perbedaan.
Minat menurut istilah adalah kecenderungan jiwa atau perasaan yang tinggi seseorang atau subjek terhadap suatu objek untuk mengingat dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Seseorang yang menaruh minat terhadap suatu objek merasakan adanya kebutuhan penting bagi kehidupannya, dan melakukan usaha-usaha yang teguh tanpa ada paksaan dari orang lain. Untuk mendapatkan objek yang diminatinya, subjek harus mengidentifikasi sejauh mana keuntungan dan kebutuhan yang diinginkan dari objek tersebut, bagaimana cara memenuhi keinginannya, dan disikapi dengan membuat suatu keputusan (making a decition).
B. Defenisi Menulis
Menulis adalah kegiatan motorik untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (huruf). Menulis lazimnya diatas kertas dengan menggunakan peralatan seperti pena atau sejenisnya. Semakin berkembangnya zaman, defenisi menulis juga semakin luas, tergantung situasi dan kondisi. Zaman Mesir kuno, orang-orang menulis dengan menggunakan peralatan yang tidak secanggih sekarang. Zaman sekarang orang-orang telah mencatat atau mengekspresikan idenya lewat tulisan dengan menggunakan komputer atau note book, atau media yang relevan dengan kebutuhan.[13]
Minat menulis ayat al-Quran diartikan suatu perasaan suka, gemar, bahkan senang mengeksplorasi, berekspresi, dan mengkreasikan aksara kalimat Ilahi dengan indah, termasuk keselarasan, keseimbangan, kesempurnaan, dan kehalusan tulisan yang mampu menggugah rasa estetika dirinya dan orang yang melihatnya. Semakin senang menulis ayat al-Quran, maka semakin giat kegiatan motorik ini dilakukan, dan semakin tinggi kecintaannya terhadap kaligrafi al-Quran.[14] Bagaimanakah pengaruh diklat seni kaligrafi al-Quran terhadap minat? Untuk penjelasan ini kita harus memahami komponen minat, jenisnya, aspeknya, selanjutnya baru kita dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya.
C. Jenis Minat Menulis Kaligrafi al-Quran
Wayan Kuncara dan P.P.N Sumartana dalam buku Evaluasi Pendidikan, mengutip dari Kuder bahwa salah satu jenis minat adalah minat seni,yaitu kecenderungan atau rasa suka terhadap aktifitas apa saja yang berhubungan dengan kesenian, kerajinan, dan kreasi tangan, atau keindahan.[1] Maka, kaligrafi termasuk jenis minat terhadap seni, dan individu atau orang yang menyukai seni dapat kita sebut peminat seni, walau dia seorang penikmat seni.
Insya Allah tulisan ini bermanfaat
jika studi pustaka Anda cocok dengan saya
[1]Wayan Nurkanca & P.P.N Sumartana, Evaluasi Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), cet.ke-4, h. 238.
[1]Frista Arimanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jombang: Lintas Media, tt), h. 816
[2]Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1983), jilid.4, h. 2252
[3]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1984), h. 650
[4]Alan M. Steven & A. Ed Schimidgall Tellings, Kamus Lengkap Indonesia-Inggris, terj. A Comprehensive Indonesia-english Dictionary, (Jakarta: Mizan, 2008), cet.ke-2, h. 635.
[5]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Adi Mahasatya, 2002), cet. 4, h. 180
[6]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) cet. Ke-6, h. 136
[7]Abdul Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogya: PT. Tiara Wacana, 1993), cet., ke-1, h. 122.
[8]Wayan Nurkanca dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), cet.ke-4, h. 229
[9]Witherington, H.C., , Psikologi Pendidikan, penerj. Buchairi. (Jakarta: Aksara Baru, 1989), h. 87
[10]Howard C. Warren, Dictionary of Psychology, (Massachussets: Houghton Mifflin Company, 1934), h. 141
[11]Stephen J, The Penguin Dictionary of Psychology, (Great Britain: Hazell Watson & Viney Ltd, 1981), h. 142
[12]J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Dictionary of Psychology, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2006), cet. Ke-8, h. 225
[13]“Tulis”, artikel dakses pada tanggal 17 Oktober 2008 dari www. wikipedia.org
[14]Definisi ini sangat relevan dengan uraian diatas, sesuai dengan perkataan Ali bin Abi Thalib dan sang Maestro dan Master kaligrafi al-Quran ternama Yaqut al-Musta’shimi dalam pembahasan definisi pendidikan seni kaligrafi al-Quran.